Senin, 17 Desember 2012
Jumat, 16 November 2012
Apakah Memang Benar Nabi Khidir AS Masih Hidup?
Apakah Memang Benar Nabi Khidir AS Masih Hidup?
Puisi Guru
Parepare, 31 Oktober 2012
*GURU*
Kau
pahlawan tanpa tanda jasa
Tempatku
mengadu
Mengadu
suka dan duka
Kau
pengganti orang tua
Saat
aku di sekolah
Oh….
Guru
Engkau
pelita dalam hidupku
Bagaikan
cahaya yang menerangi
Setiap
ilmu yang telah kau berikan kepadaku
Kau
tak pernah mengeluh
Di
saat kau membimbingku, mengajariku
Sampai
aku menjadi tahu
Terima
kasihku padamu
Yang
selalu sabar mengajariku
Oh…
Guru
Engkau
yang selalu ada untukku
Saat
susah maupun duka
Suatu
saat….
Aku
ingin menjadi sepertimu
Karya:
Haryanti
http://adf.ly/G43hQ
Kamis, 15 November 2012
Cerpen
Kamis, 17 n0v 2011,,,
Cerpen : Hari ini gue seneng banget bisa ngumpul sama teman-teman. so’ tadi pagi gue hampir gak ke sekolah karena gak' enak badan, namun karena gue pengen belajar + ingin nongkrong ama anak-anak 9.1, jadii gue harus ke sekolah…. Apalagi gak ada orang dirumah, kan bete’ kalo sndri aja di rumah.
Sampai di skolah gue ketemu tuh sama teman gue, yang seharusnya masuk ke kelas dulu eh malah singgah di depan kelas.
Sakin asyiknya ngobrol… gak terasa bel udah berbunyi, semua siswa pada masuk ke kelas mereka masing-masing. Namun karena guru yang masuk di kelas kami belum datang, jadi kami pergi ke kantin untuk nongkrong + isi perut yg masih kosong….
Hmmpt, emang masih SMP sich (Sudah Makan Pergi).
Smpe di kelas,, gue sebagai bendahara kelas tagihh temen-temen tuh untuk uang baju porseni.
wahh,, gara-gara itu mereka semua pada ribut kaya' pasar.
sampe-sampe kita di marahin tuh sama guru yang mengajar di samping kelas kami.
Cerpen : Hari ini gue seneng banget bisa ngumpul sama teman-teman. so’ tadi pagi gue hampir gak ke sekolah karena gak' enak badan, namun karena gue pengen belajar + ingin nongkrong ama anak-anak 9.1, jadii gue harus ke sekolah…. Apalagi gak ada orang dirumah, kan bete’ kalo sndri aja di rumah.
Sampai di skolah gue ketemu tuh sama teman gue, yang seharusnya masuk ke kelas dulu eh malah singgah di depan kelas.
Sakin asyiknya ngobrol… gak terasa bel udah berbunyi, semua siswa pada masuk ke kelas mereka masing-masing. Namun karena guru yang masuk di kelas kami belum datang, jadi kami pergi ke kantin untuk nongkrong + isi perut yg masih kosong….
Hmmpt, emang masih SMP sich (Sudah Makan Pergi).
Smpe di kelas,, gue sebagai bendahara kelas tagihh temen-temen tuh untuk uang baju porseni.
wahh,, gara-gara itu mereka semua pada ribut kaya' pasar.
sampe-sampe kita di marahin tuh sama guru yang mengajar di samping kelas kami.
Mp4 Cakra Khan - Harus Terpisah
Mp4 Cakra Khan - Harus Terpisah
http://www.4shared.com/mp3/3RYx971O/cakra_khan_-_harus_terpisah.html
http://anty-haryanti.blogspot.com/
Artist : Cakra Khan
Title : Harus Terpisah
Album : Single Juli 2012
Genre : Pop
Added : Tahun, 19 July 2012 - 01:53:52
Edited : Fr, 16 November 2012 - 14:30:44
Download : 462,855 time(s)
http://www.4shared.com/mp3/3RYx971O/cakra_khan_-_harus_terpisah.html
http://anty-haryanti.blogspot.com/
Rabu, 07 Maret 2012
Larutan Penyangga Dalam Kehidupan Sehari-hari
Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari-hari :
Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia terutama dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi, dan bidang kesehatan. Dalam reaksi-reaksi kimia tersebut dibutuhkan pH yang stabil.
Dalam tubuh manusia, pH darah harus dijaga pada 7,35 – 7,45. Jika pH darah kurang dari 7,35 maka disebut asidosis (penurunan pH) yang dapat terjadi akibat penyakit-penyakit seperti ginjal, jantung, diabetes mellitus, konsumsi protein berlebihan dalam waktu yang lama atau dehidrasi, misalnya olah raga yang terlalu berlebihan atau diare yang terus menerus. Dan jika pH darah lebih dari 7,45 disebut alkalosis (peningkatan pH) yang bisa terjadi bila kita mengalami muntah yang hebat, bernafas terlalu berlebihan (hyperventilasi) biasanya di daerah yang udaranya tipis (ketinggian) atau ketika kita sedang cemas atau histeris. Kematian dapat terjadi jika pH darah kurang dari 7,0 atau 132lebih besar dari 7,8. pH di dalam darah dijaga oleh beberapa sistem kesetimbangan larutan penyangga.
TAPE SINGKONG
Bahan:
- 1,5 kg singkong
- 1,5 butir ragi tape, haluskan
- Daun pisang untuk alas
Cara membuat:
1. Kupas singkong, kemudian cuci bersih dan potong sesuai selera
2. Kukus singkong sampai matang, kemudian sisihkan dan tunggu sampai dingin
3. Setelah dingin, tata singkong ke dalam wadah tertutup yang telah di alasi daun pisang
4. Taburi dengan ragi tape sampai rata
5. Tutup permukaan wadah dengan daun pisang lalu tutup rapat dengan tutup wadahnya
6. Simpan di tempat yang hangat dan diamkan selama 2-3 hari.
7. Tape siap dikonsumsi.
ALAT
Baskom
Kain lap
Kompor
Panci kukus
Penyaring
Piring
Pisau
Senduk dan garpu
BAHAN
Air secukupnya
Daun pisang
Ragi tape yang telah dihaluskan
Singkong 3 kg
CARA MEMBUAT
Siapkan semua bahan
Kupas singkong dan kupas kulitnya
Cuci hingga bersih kemudian kukus sampai setengah masak
Dinginkan kemudian baluri dengan ragi tape yang telah dihaluskan
Masukkan ke dalam baskom yang telah dilapisi daun pisang
Tutup baskom dengan rapat
Tunggu sampai 2 hari, tape singkong anda akan jadi
Baskom
Kain lap
Kompor
Panci kukus
Penyaring
Piring
Pisau
Senduk dan garpu
BAHAN
Air secukupnya
Daun pisang
Ragi tape yang telah dihaluskan
Singkong 3 kg
CARA MEMBUAT
Siapkan semua bahan
Kupas singkong dan kupas kulitnya
Cuci hingga bersih kemudian kukus sampai setengah masak
Dinginkan kemudian baluri dengan ragi tape yang telah dihaluskan
Masukkan ke dalam baskom yang telah dilapisi daun pisang
Tutup baskom dengan rapat
Tunggu sampai 2 hari, tape singkong anda akan jadi
Alat :
1. Baskom
2. Kain Lap
3. Kompor
4. Panci Kukus
5. Penyaring
6. Piring
7. Pisau
8. Sendok & Garpu
Bahan :
1. Air secukupnya
2. Daun pisang
3. Ragi yang telah dihaluskan
4. Singkong 2 kg
Cara Kerja :
1. Siapkan semua bahan.
2. Kupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga kesat.
3. Potong singkong yang telah dikupas sesuai keinginan.
4. Cuci hingga bersih singkong yang telah dipotong.
5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam panci samapai kira – kira terisi seperempat lalu panaskan hingga mendidih.
6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam panci kukus, lalu kukus hingga singkong ¾ matang, kira – kira ketika ‘daging’ singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu.
7. Setelah matang, angkat singkong yang telah ¾ masak lalu taruh di suatu wadah, kemudian didinginkan
8. Sambil mengipas – ngipas, teman satu kelompok kami menyiapkan wadah sebagai tempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah itu terdiri dari baskom yang bawahnya dilapisi dengan daun pisang.
9. Setelah singkong benar – benar dingin, masukkan singkong ke dalam wadah lalu taburi dengan ragi yang telah dihaluskan dengan menggunakan saringan
10. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup kembali dengan daun pisang. Singkong ini harus benar – benar tertutup agar mendapatkan hasil yang maksimal.
11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama 1-2 hari hingga sudah terasa lunak dan manis. Saat itulah singkong telah menjadi tape.
Spektrum Nyala Atom
Spektrum Nyala Atom :
A. Landasan teori:
Ketika
Anda melemparkan sebuah atom ke dalam sebuah nyala api, atom itu dapat
mengambil sebagian energi api dengan membuat elektron-elektronnya bergerak
lebih cepat. Elektron-elektron “beringas” ini sebetulnya ingin kembali ke
tingkat energi alami yang lebih santai (dalam bahasa ilmiah disebut ground
state). Cara termudah bagi mereka untuk melakukannya adalah melepaskan
energi lebihan mereka dalam bentuk semburan cahaya. Jika cukup banyak atom
dalam sebuah nyala api secara serentak mengambil energi panas dan
melemparkannya kembali dalam bentuk cahaya, kita dapat menyaksikan sebagai
cahaya yang sangat terang.
Setiap jenis atom atau molekul pada awalnya
memiliki seperangkat energi elektron yang unik. Maka, tiap jenis atom atau
molekul dalam nyala api akan mengambil dan melemparkan kembali jumlah energi
yang unik pula. Itu sebabnya atom dan molekul berbeda akan menancarkan panjang
gelombang atau warna cahaya berbeda. (Dalam bahasa ilmiah : setiap atom atau
molekul memiliki spektrum emisi unik masing-masing).
Getaran dan Gelombang
Gelombang didefinisikan sebagai energi getaran yang merambat. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang berfikir bahwa yang merambat dalam gelombang adalah getarannya atau partikelnya, hal ini sedikit tidak benar karena yang merambat dalam gelombang adalah energi yang dipunyai getaran tersebut. Dari sini timbul benarkan medium yang digunakan gelombang tidak ikut merambat? padahal pada kenyataannya terjadi aliran air di laut yang luas.
Menurut aliran air dilaut itu tidak disebabkab oleh gelombang tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan suhu pada air laut. Tapi mungkin juga akan terjadi perpindahan partikel medium, ketika gelombang melalui medium zat gas yang ikatan antar partikelnya sangat lemah maka sangat dimungkinkan partikel udara tersebut berpindah posisi karena terkena energi gelombang. Walau perpindahan partikelnya tidak akan bisa jauh tetapi sudah bisa dikatakan bahwa partikel medium ikut berpindah.
Gelombang berdasarkan mediumnya dibedakan menjadi 2 macam
- Gelombang mekanik yaitu gelombang yang dalam perambatannya membutuhkan medium. Contoh gelombang mekanik adalah gelombang bunyi.
- Gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang dalam perambatannya tidak membutuhkan medium. Contoh gelombang elekromagnetik adalah gelombang cahaya.
Gelombang berdasarkan arah rambatnya dibedakan menjadi 2 macam
- Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Contohnya adalah gelombang bunyi.
- Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya. Contohnya gelombang cahaya.
Besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran dalam getaran. Besarannya adalah sebagai berikut ini:
- Periode (T) adalah banyaknya waktu yang diperlukan untuk satu gelombang.
- Frekuensi (f) adalah banyaknya gelombang yang terjadi dalam waktu 1 sekon.
- Amplitudo (A) adalah simpangan maksimum suatu gelombang.
- Cepat rambat (v) adalah besarnya jarak yang ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
- Panjang gelombang (λ) adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam 1 periode. Atau besarnya jarak satu bukit satu lembah.
Persamaan yang digunakan dalam gelombang adalah sebagai berikut :
T = t/n
f = n/t
dan
T = 1/f
f = 1/T
dimana : T adalah periode (s)
t adalah waktu (s)
n adalah banyaknya gelombang (kali)
f adalah frekuensi (Hz)
Dari gambar dikatakan benda mengalami satu getaran adalah benda bergerak dari
A-B-A-C-A
B-A-C-A-B
1/2 getaran
C-A-B
1/4 getaran
C-A, A-B
Untuk menentukan cepat rambat gelombang digunakan persamaan ;
v = λ.f atau v = λ/T
Dimana λ adalah panjang gelombang (m)
v adalah cepat rambat gelombang (m/s)
dari berbagai sumber
sumber : adisuhardi52@yahoo.co.id
GELOMBANG STASIONER PADA TALI
Gelombang merupakan fenomena perambatan energi, yang dapat di kelompokkan berdasarkan arah rambat dan medium perambatannya. Berdasarkan arah rambatnya, gelombang di bedakan menjadi gelombang longitudinal dan gelombang transversal. Sedangkan medium perambatannya gelombang di bedakan menjadi gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Selain itu sifat-sifat umum gelombang dapat di bedakan menjadi 5 yaitu dapat di biaskan,dapat di pantulkan,dapat di lenturkan, dapat di padukan dan dapat di kutubkan. Sedangkan karakteristik gelombang dapat di badakan yaitu periodik,terjadi karena getaran, merambat dan dapat di nyatakan dalam bentuk persamaan.
Gelombang stasioner adalah gelombang hasil superposisi dua gelombang berjalan yang amplitudo sama, frekuensi, sama dan arah berlawanan. Gelombang stasioner dapat di bentuk dari pemantulan suatu gelombang,contohnya pada gelombang tali. Gelombang datang akan berinteraksi dengan gelombang pantulan yang berlawanan arah membentuk sebuah gelombang berdiri.Berdasarkan ujung pemantulannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu ujung terikat dan ujung bebas.
Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan,bukan benda. Kebudayaan Jepang bukan kimono, tapi pengetahuan untuk membuat kimono.Simbol adalah segala objek yang mempunyai makna, dapat berupa tanda, benda, suara,tindakan (gerakan tubuh).Makna dari suatu simbol bersifat mana-suka atau arbitrer (arbitrary). Tidak ada suatu keharusan bahwa suatu simbol harus mempunyai makna tertentu.*Contoh: bunyi bahasa yang mengacu kepada benda tertentu bersifat mana-suka: meja(bahasa Portugis),
table, tafel, tsukue
Perbedaan antara kebudayaan dan naluri:Pengetahuan pengetahuan simbolik yang terkandung dalam suatu kebudayaan harus dipelajari oleh manusia, dia tidak diwariskan secara genetis. (contoh: cara makan yang “sopan”)Pengetahuan pengetahuan yang bersifat naluri diwariskan secara genetis; contoh: bayi yang bisa menghirup udara dan menyusui begitu dilahirkan.Kebudayaan demikian digunakan untuk menafsirkan pengalaman, berarti pengalaman kita sehari-hari ditafsirkan berdasarkan pengetahuan yang ada dalam kebudayaan.Pengetahuan ini pula yang mengarahkan tindakan.*Contoh: anda berpapasan dengan seseorang dan dia tidak tersenyum. Apa artinya? Dan bagaimana seharusnya anda merespons itu? Semua itu . diberikan dalam kebudayaan.Tetapi kebudayaan selalu memberi berbagai pilihan, sehingga si pelaku menentukan pilihannya yang dirasakan sesuai dengan kepentingannya.
Simbol simbol yang terkandung dalam suatu kebudayaan senantiasa bersifat cair, dinamis, dan sementara, karena keberadaannya tergantung pada praksis para pelakunya yang berada pada konteks sosial tertentu, yang mempunyai “kepentingan” tertentu.Kebudayaan dalam arti ini bukan semata-mata merupakan sekumpulan pengetahuan yangdiwariskan atau dilestarikan, melainkan merupakan sesuatu yang “dibentuk,” suatu konstruksi sosial yang berkaitan erat dengan kepentingan maupun kekuasaan si pelaku.
Kebudayaan itu berubah.Walaupun kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar,kebudayaan selalu berubah.Tidak ada kebudayaan yang statis (tidak berubah).Kebudayaan sebagai pengetahuan simbolik “dibentuk” atau “dikonstruksi” oleh pelakunya. Konstruksi kebudayaan tidak bebas sepenuhnya, namun sangat umum.*Contoh: tari kecak, beskap Jawa.
sumber : adisuhardi52@yahoo.co.id
Resensi Buku: Orang Biasa dalam Wacana Politik Kebudayaan
Fadjar I. Thufail
30 August 1999
30 August 1999
Judul : Menuju Partai Orang Biasa
Pengarang : Wimar Witoelar
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Th. 1999
Halaman : 323 hal.
Pengarang : Wimar Witoelar
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Th. 1999
Halaman : 323 hal.
Banyak orang sering mengatakan bahwa kolom "Asal-Usul" yang dimuat di harian Kompas setiap hari Minggu itu selalu enak dibaca, memiliki gaya narasi yang menarik, dan -- ini yang paling penting -- seringkali "nakal" saat melontarkan kritik-kritik tajam pada penguasa di negeri ini. Pujian -- atau "tantangan" di mata penguasa -- ini memang tak berlebihan. Lihat saja bagaimana piawainya Mohammad Sobary memainkan tokoh "wong cilik"nya untuk mengemukakan pesan-pesan moralitas yang tajam, atau Ariel Heryanto dengan "kapitalisme global"nya yang mampu mendekonstruksi gagahnya representasi identitas kebudayaan sang penguasa. Dalam kancah percaturan "politik" narasi semacam itulah Wimar kemudian muncul dengan gagasannya tentang "orang biasa", sebuah gagasan yang dipuji oleh seluruh komentator dalam buku ini sebagai sebuah bukti nyata keberanian Wimar untuk bicara lain, apa adanya, dan kritis.
Tak dapat diingkari bahwa Wimar memang termasuk "berani" dalam tulisan-tulisannya. Tetapi, nilai buku ini sebenarnya tidak terletak pada semata-mata keberanian Wimar untuk bicara kritis. Buku ini menjadi penting karena ia telah menjadi bagian dari wacana politik kebudayaan di Indonesia. Hermawan Sulistyo, salah satu komentator dalam buku ini, mengatakan bahwa tulisan-tulisan Wimar "cenderung dangkal dan kurang renungan" (hal. 163). Namun sebaliknya, saya berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang diceritakan oleh Wimar dalam tulisannya di kolom "Asal-Usul" itu adalah soal-soal yang pelik karena berkaitan dengan situasi kehidupan kita sehari-hari. Persoalan "dangkal" dan "kurang renungan" itu sebenarnya adalah persoalan modernitas. Sebuah narasi dianggap "dangkal" karena konstruksi wacana modernitas menghendaki setiap pemaparan naratif dibingkai oleh logika besar atau teori-teori canggih. Dengan kata lain, otoritas modernisme mengatakan bahwa "kedalaman" sebuah narasi ditentukan oleh kemampuannya untuk berbicara tentang narasi-narasi besar dalam sebuah runtutan pemaparan yang logis. Padahal, persoalan sehari-hari seringkali tidak dalam, tak memiliki referensi makna yang jelas menurut kacamata modernisme. Persoalan-persoalan inilah sebenarnya yang ingin dipotret oleh Wimar dalam kolom-kolomnya.
Buku ini -- dan khususnya tulisan-tulisan lain di berbagai surat kabar -- telah turut memperkaya wacana politik kebudayaan di Indonesia. Tulisan-tulisan dalam buku ini memperlihatkan bahwa politik bukanlah wilayah terlarang, milik sang penguasa, partai politik, atau pengamat politik saja. Politik ada dalam seluruh wilayah kehidupan sehari-hari kita. Dalam pengertian ini, buku ini sendiri menjadi representasi dari wilayah "politik" narasi, sebuah ekspresi tulis (dan visual) yang memberi makna pada peristiwa sehari-hari di sekeliling kita. Tetapi, kemudian muncul sebuah pertanyaan: bagaimana cara Wimar mengkonstruksi makna dari peristiwa sehari-hari yang ia lihat dan renungkan? Di sinilah kemudian tampak adanya ironi.
Wimar mengatakan bahwa hanya "orang biasa" yang mampu menafsirkan makna kehidupan sehari-hari (termasuk peristiwa Politik, dengan "P" besar) secara jujur. "Orang biasa" adalah mereka yang tak memiliki keinginan untuk memanipulasi makna. "Orang biasa" adalah orang-orang yang pragmatis. Mereka bukan orang bodoh, tetapi sekedar menolak segala bentuk simbolisme makna yang rumit. Tulisan ini mencoba mengemukakan catatan kritis terhadap posisi Wimar semacam ini. Pertama, bukankah pandangan semacam ini mencerminkan sebuah romantisme? Kedua, sejauh mana pandangan diskursif Wimar ini merupakan refleksi dari sebuah konteks narasi besar tertentu?
Selama ini, banyak esai dan kajian tentang peristiwa sosial-budaya cenderung terjebak ke dalam romantisme. Pandangan semacam ini sebenarnya bersumber dari tradisi pemikiran filsafat sosial dan politik yang menekankan perbedaan antara penguasa dan yang dikuasai. Kekuasaan hanya dimiliki oleh mereka yang menikmati posisi elit dalam pertarungan politik, dan mereka yang tidak terlibat dalam pertarungan elit politik seolah-olah dianggap tak mempunyai kekuasaan atau sekedar bersikap pasif sehingga menjadi korban eksploitasi penguasa. Kecenderungan semacam ini tampak jelas dengan munculnya retorika-retorika seperti "wong cilik", "rakyat tertindas", dan yang sekarang ini, "orang biasa". Tampak jelas dari kolom-kolom yang ditulisnya bahwa Wimar pun tak terlepas dari kecenderungan romantisasi semacam ini, sebuah kecenderungan yang wajar mengingat seluruh wacana politik kebudayaan kita memang masih didominasi oleh pandangan dikotomis antara "penguasa" dan "yang dikuasai". Wimar meletakkan "orang biasa"nya di luar lingkaran kekuasaan Politik (dengan "P" besar), seolah-olah mereka tak pernah, tak berminat, atau bahkan tak mampu berurusan dengan politik. Agak ironis memang, karena dengan posisi semacam ini justru Wimar cenderung menafikan kenyataan bahwa sebagai makhluk sosial, siapapun secara aktif dan kreatif dapat, mampu, dan selalu berurusan dengan kekuasaan (power) dan politik dalam seluruh wilayah kehidupan sehari-harinya.
"Orang biasa" sebagai sebuah kategori naratif dan sosial sebenarnya "tidak biasa". Konstruksi naratif yang dipakai Wimar dalam tulisan-tulisan kolomnya adalah konstruksi yang sifatnya sangat logis. Ada kecenderungan bahwa Wimar menempatkan tokoh "orang biasa"nya sebagai orang-orang yang paham akan logika supply-demand dan pilihan rasional (rational choice). Peristiwa sosial-politik-kebudayaan diamati oleh Wimar dengan kacamata struktur narasi semacam ini. Bagi saya, hal tersebut boleh saja karena bagaimana pun juga seorang penulis akan menulis sesuai dengan konteks perspektif wacana yang dikuasainya, dan logika hukum pasar dengan pilihan rasionalnya merupakan barang yang tak asing lagi bagi Wimar. Hal semacam ini juga membuktikan bahwa netralitas dalam sebuah wacana adalah hal yang tidak mungkin, dan Wimar pun barangkali sadar akan hal ini. Namun, menjadi agak ironis apabila Wimar memaksakan tokoh "orang biasa"nya untuk mengikuti kaidah-kaidah rational choice semacam itu. Dengan begitu justru Wimar mereduksi kompleksitas peristiwa sosial-politik-budaya sehari-hari dengan seluruh keragaman ekspresi maknanya ke dalam sebuah kerangka narasi besar tentang pilihan-pilihan rasional, sebuah narrative side-effect yang barangkali Wimar sendiripun tak menyadarinya.
Tinjauan singkat ini memperlihatkan bahwa buku kumpulan tulisan kolom Wimar Witoelar ini bukanlah sesuatu yang "dangkal dan kurang renungan". Dalam konteks wacana politik kebudayaan, buku ini memiliki nilai sama pentingnya dengan sebuah teks filsafat politik atau analisis politik. Buku ini, dan tulisan-tulisan kolom lain tentunya, menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses konstruksi wacana politik dan kebudayaan di Indonesia. Namun di pihak lain pula, kumpulan tulisan ini memperlihatkan bahwa konstruksi wacana politik kebudayaan kita masih didominasi oleh kecenderungan berpikir dikotomis, dan lupa akan perlunya kritik terhadap bentuk-bentuk representasi - verbal, naratif, maupun visual -- yang tidak peka terhadap kompleksitas hubungan kekuasaan di tingkat kehidupan sehari-hari.
Michel Foucault mengatakan bahwa kekuasaan adalah sesuatu hal yang positif. Ia tak sekedar membatasi tetapi juga memberi kemungkinan kreatif. "Orang biasa" menjadi biasa bukan karena mereka mampu dengan gagahnya berhadapan dengan penguasa, melainkan karena mereka adalah "orang-orang biasa" yang memiliki keinginan, kemauan, dan aspirasi kekuasaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sebuah kolom tentunya diharapkan dapat memotret kenyataan bahwa pertarungan kekuasaan dan politik, dengan segala interpretasi maknanya, dilakukan oleh siapa saja dan merupakan hak setiap orang tanpa memandang apakah ia seorang politikus, pemimpin partai, atau pengamat politik sekalipun. Orang biasa adalah bukan orang suci. Ia menjadi biasa karena ia menjadi bagian dari realitas kehidupan kita sehari-hari yang penuh dengan pertarungan kekuasaan.
sumber : adisuhardi52@yahoo.co.id
sumber : adisuhardi52@yahoo.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)